MENGENAL ASI EKSKLUSIF, MANFAAT,
DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PRAKTIK ASI EKSKLUSIF
Linda Rahmaeka
D-IV
Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
lindarahma9123@gmail.com
Air
Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi baru lahir
hingga usia 6 bulan dikarenakan kandungan gizi dan zat pembangun daya tahan
tubuh yang tidak bisa disaingi oleh susu mana pun. Bayi normal cukup hanya
diberi ASI saja hingga umurnya 6 bulan lalu harus diperkenalkan dengan makanan
tambahan (MP ASI). ASI memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan bayi, di
antaranya sebagai nutrisi utama, menambah daya tahan tubuh, mencerdaskan anak,
mempererat jalinan kasih sayang antar ibu dan anak, dan sebagainya. Namun,
dalam praktik pemberian ASI eksklusif, ada faktor yang menjadi penyebab keberhasilan
dan kegagalan praktik ini. Faktor keberhasilan di antaranya immediate breastfeeding (IMD),
pendidikan dan pengetahuan ibu, dukungan
orangtua, pengalaman, dan lain-lain. Sedangkan faktor kegagalan di antaranya
pemberian makanan/minuman pralaktase, tergoda iklan susu formula, orangtua
menyuruh memberi makanan tambahan, dan lain-lain.
Kata
kunci: ASI eksklusif, IMD, manfaat, faktor
ASI
merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan mineral (Fikawati
dkk, 2015:58). ASI adalah makanan terbaik dan paling sempurna uuntuk bayi.
Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal di dalamnya membuat ASI
tidak tergantikan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal sekalipun.
Selain itu, ASI juga tidak pernah basi,
selama masih dalam tempatnya. Pemberian ASI tidak hanya menguntungkan bayi,
tapi juga dapat menyelamatkan keuangan keluarga di saat krisis global seiring
dengan meningkatnya harga susu formula (Yuliarti, 2010).
Manfaat
pemberian ASI bagi bayi menurut Roesli U (2000) adalah sebagai berikut:
1. ASI
sebagai nutrisi
ASI yang keluar pada
saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum), berbeda dengan ASI yang
keluar dari hari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke-10 atau ke-14 setelah kelahiran
(ASI transisi). Komposisi ini akann berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI
matang).
ASI
yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui
disebut hindmilk.
ASI
adalah makanan bayi paling sempurna, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
2. ASI
meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang baru lahir
secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui
ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi
lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga
mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Pada saat kadar
zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum
mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang
atau berkurang apabila bayi diberi ASI karena ASI adalah cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Kolostrum mengandung
zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan
melindungi bayi dari penyakit diare. Pada suatu penelitian di Brasil Selatan
bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena diare
14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit
alergi.
3. ASI
meningkatkan kecerdasan
Dengan memberikan ASI
secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan
potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien
yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan
bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit
terdapat pada susu sapi, seperti:
1. Taurin,
yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI.
2. Laktosa,
merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam
susu sapi
3. Asam
lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6), merupakan asam lemak utama dari
ASI yang hanya terdapat sedikit sekali dalam susu sapi.
Hasil penelitian dr.
Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur yang membuktikan bahwa bayi-bayi
prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara
bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI.
Pada penelitian Dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 poin lebih tinggi dibanding
anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif. Dari hasil penelitian Dewey
KG dkk di Honduras (dalam Novita dkk, 2008) didapatkan fakta bahwa bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan mempunyai fungsi
lokomotor lebih baik, terlihat lebih cepat merangkak, dan sudah dapat berjalan
pada usia 12 bulan dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI sampai usia 4
bulan.
4. Menyusui
meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada
dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama
karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak
dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi
dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik.
Manfaat
lain pemberian ASI bagi bayi:
1. Sebagai
makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhann pertumbuhan bayi hingga usia 6
bulan.
2. Melindungi
anak dari serangan alergi.
3. Mengandung
asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif
potensial lebih pandai.
4. Meningkatkan
daya penglihatan dan kepandaian bicara.
5. Membantu
pembentukan rahang yang bagus.
6. Mengurangi
risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung.
7. Menunjang
perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.
8. Menunjang
perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan
hubungan sosial yang baik.
Oleh
karena itu, sangatlah tepat bila departemen kesehatan menganjurkan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur
sekurang-kurangnya dua tahun dengan tambahan makanan pendamping ASI (MP ASI) (Yuliarti,
2010).
Mengapa
pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan dan bukan 4 bulan? Dalam
buku karangan Purwanti (2004) dijelaskan bahwa dari hasil penelitian, jumlah komposisi ASI masih cukup
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan
benar sampai bayi berumur 6 bulan dan bayi pada saat berumur 6 bulan sistem
pencernaannya mulai matur sehingga tidak akan mengalami gangguan pencernaan.
Menurut WHO (dalam Fikawati dan Syafiq, 2003) pemberian
ASI secara eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan cairan atau
makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes
atau sirup sampai usia 4-6 bulan. Penelitian WHO, Edmond KM, Kramer MS, Sacker
A, dan Besar DS (dalam Fikawati dan Syafiq, 2009:121) telah mengkaji manfaat
pemberian ASI eksklusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas
bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak,
dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. Selain itu disebutkan juga
bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6 bulan umumnya lebih sedikit
menderita penyakit gastrointestinal dan lebih sedikit mengalami gangguan
pertumbuhan.
Fikawati dan Syafiq (2003) menyebutkan di dalam
jurnalnya bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan ASI
eksklusif, yaitu kemampuan untuk menyusui segera (immediate breastfeeding) atau yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD). Salah satu kunci utama keberhasilan IMD terletak pada penolong
persalinan karena perannya sangat dominan dalam menit-menit pertama setelah
bayi lahir. Penelitian Yuno Nakao (dalam Raharjo, 2014:54) di Jepang
membuktikan bahwa pemberian ASI saja pada 120 menit pertama setelah kelahiran
adalah waktu yang sangat menentukan untuk pencapaian pemberian ASI secara
eksklusif minimal sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu, menyusu di satu jam
pertama bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan angka kematian bayi
(Edmond K dalam Rusli U, 2008). Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan
untuk IMD diharapkan interaksi ibu dan bayi akan segera terjadi. Dengan IMD,
ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa
perlu untuk memberikan makanan atau minuman apa pun kepada bayi karena bayi
bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera
setelah lahir. Ibu yang immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih
besar kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan
dibandingkan dengan ibu yang tidak immediate breastfeeding.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fikawati dan
Syafiq (2009) faktor-faktor yang dianggap menjadi pemicu seorang ibu untuk melakukan
ASI eksklusif adalah umur, pendidikan, pengetahuan, motivasi, sikap, dan
kepercayaan. Sedangkan yang dianggap sebagai faktor-faktor yang mendukung ibu untuk
melakukan ASI eksklusif adalah cara lahir, IMD, rooming in, kondisi
bayi, kondisi ibu, dan paritas ibu. Faktor lain yang mendorong atau
menghambat ibu untuk melakukan praktik ASI ekslusif adalah tenaga kesehatan
(bidan dan dokter), keluarga (suami dan orangtua), media serta iklan susu
formula. Perilaku yang mendorong ibu untuk melakukan ASI eksklusif adalah
memberikan nasihat untuk menyusui dan melakukan persiapan menyusui sejak hamil,
memfasilitasi IMD, menyuruh memberikan kolostrum dan tidak memberikan makanan pralaktal,
tidak memberikan susu formula pada bayi saat bayi masih di rumah sakit atau
membawakan susu formula saat bayi pulang.
Faktor pendidikan dianggap sebagai salah satu faktor
utama yang dapat memengaruhi kemungkinan ibu melakukan praktik ASI eksklusif 6
bulan. Pengetahuan yang baik akan memudahkan seseorang untuk mengubah perilaku
termasuk dalam praktik menyusui. Perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif
disebabkan oleh faktor penyebab perilaku yang salah satunya adalah pengetahuan,
di mana faktor ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil
keputusan (Notoatmojo dalam Sriningsih, 2011). Ibu yang berpendidikan umumnya
mempunyai pengetahuan lebih tinggi sehingga mampu menentukan pilihan untuk menyusui
bayinya. Ibu berpendidikan tinggi dengan pengetahuan ASI eksklusif yang baik
berpotensi mengintervensi tenaga kesehatan untuk tidak memberikan susu formula
kepada bayinya. Ibu berpendidikan tinggi lebih percaya untuk mengekspresikan pendapat
dan keinginannya. Pendidikan yang tinggi membuka akses pengetahuan yang lebih
luas sehingga dapat memperbaharui pengetahuannya (Fikawati dan Syafiq, 2009).
Namun, dalam praktik ASI eksklusif, ada beberapa
faktor yang menjadi peyebab kegagalan praktik tersebut. Simanjuntak (dalam
Fikawati dan Syafiq, 2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor penyebab kegagalan
praktik ASI eksklusif antara lain seperti pemberian makanan prelakteal, ibu
harus bekerja, bayi sakit, ibu lelah/sakit, ibu kurang percaya diri, dan lain-lain.
Kegagalan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari
pertama kelahiran yaitu pada saat makanan/minuman pralakteal diberikan, yaitu pemberian
makanan atau minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (dengan kata lain
mendahului pemberian ASI). Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah praktik
yang sering dilakukan dan merupakan salah satu faktor utama kegagalan
pelaksanaan ASI eksklusif. Ibu yang tidak immediate breastfeeding berisiko
memberikan makanan/minuman pralakteal 1,8 kali sampai 5,3 kali dibandingkan ibu
yang immediate breastfeeding.
Penyebab-penyebab kegagalan ASI eksklusif
berdasarkan penelitian Fikawati dan Syafiq (2009):
· memberikan makanan/minuman tambahan kepada
bayi karena alasan bayi rewel dan terlihat masih haus walaupun habis disusui.
· memberikan susu formula sejak
awal kelahiran karena mendapat susu formula dari bidan.
· ibu mau bekerja kembali
· merasa aktivitas bayinya sudah mulai banyak
sehingga memerlukan tambahan makanan.
· orangtua menyuruh memberikan makanan
tambahan.
· tertarik dengan iklan susu formula.
Daftar
Pustaka
Fikawati
S, dan Syafiq A. 2003. Hubungan antara immediate breastfeeding dan ASI Eksklusif
4 bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti.
Vol. 22 (2).
Fikawati
S, dan Syafiq A. 2009. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 4 (3).
Fikawati S, Syafiq A, dan Karima K. 2015. Gizi Ibu
dan Bayi. Depok: Rajagrafindo
Novita L, Gurnida DA, Garna H. 2008. Perbandingan
Fungsi Kognitif Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat dan yang Tidak Mendapat ASI
Eksklusif. Sari Pediatri. Vol. 9 (6)
Purwanti, HS. 2004. Konsep Penerapan ASI
Eksklusif. Jakarta: EGC.
Raharjo, BB. 2014. Profil Ibu dan Peran Bidan dalam
Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 10 (1).
Roesli U. 2000. Mengenal
ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Rusli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI
Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Sriningsih, I. 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan
Ibu Tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 6 (2)
Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI—Makanan Terbaik
untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Andi.